Selepas musim penghujan, kupandangi saja para petani
dan bapakku yang begitu asyik memanen kesedihan
di antara butir-butir padi yang tak pernah cukup
untuk menumbuhkan anak-anaknya, mekar berbunga
di ladang nasib dan hari depan.
Maka akupun duduk-duduk saja mencangkungi derita
dan impianku sendiri setelah letih bercocok tanam harapan
di bangku-bangku sekolah berdebu dan sunyi dari kehidupan.
Selepas musim penghujan,
sebagaimana selepas musim ujian, aku termangu
seperti bapak-bapakku memandangi langit, terbentang indah
seperti pipi nasib yang lebam membiru.
Karya: Agus R. Sarjono (1996-1997)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar